
Bang Bang Tut Vol 3 – Alternatif Bisnis di Era New Normal
Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi sebagian besar industri. Tak sedikit usaha yang terpaksa gulung tikar karena sudah tidak mampu lagi menutup biaya operasional. Acara bincang-bincang Bang Bang Tut – mari bangkit jangan bangkrut Kamis (09/07/2020), hadir untuk menginsipirasi para pebisnis, khususnya mereka yang bergelut di bidang audio visual.
Menurut Rizky Pohan dari Peplus Audio Indonesia, pandemi ini mengharuskan kita putar otak agar bisa survive. “Saat ini kami masih sanggup untuk operasional 3-4 bulan ke depan, saya bahkan mencoba bisnis kuliner. Klien kami sebenarnya ingin melakukan banyak hal, cuma terbentur peraturan,” kata Rizky. Untuk menyiasatinya, dia pun kerap berkolaborasi dengan partner dan distributor secara online. Ia mengatakan, dalam kondisi seperti sekarang ini, klien, partner dan distributor harus membangun kegiatan yang bisa dilakukan bersama.
Hal senada juga diungkapkan Guruh Heriansyah, CEO akusewa.com, yang turut hadir di acara tersebut. “Tadinya saya pikir 10-20 tahun lagi, kita yang masih muda ini akan menjadi pemimpin di bidang rental audio dan peralatan event. Namun semua berubah total karena pandemi,” kata Guruh. Ia mengatakan omset di Januari hanya 80%, dan terus menurun di Febuari menjadi 50% karena banyak acara-acara yang dibatalkan. Ia pun harus menjaga cash flow dengan tidak mengambil gaji. “Di Februari kami jaga cash flow. Saya bahkan tidak mengambil gaji agar anak-anak bisa terus jalan.”
Kini Guruh menawarkan event secara virtual dan hybrid kepada klien. Event hybrid yang dimaksud adalah mengadakan event secara online dan offline. Meski ada pembatasan, pemerintah masih memperbolehkan maksimal 30 orang berkumpul dalam sebuah acara. “Jadi sempat ada acara wisuda, dan ini dilakukan secara hybrid. Nama mereka tetap dipanggil, tapi diwakilkan 2 orang per kelas. Sisanya yang di rumah tetap diumumkan dan ditayangkan melalui layar LED,” ujarnya.
Menurut Setiawan Winarto, CEO Suara Visual Indonesia (SVI), untuk bisa survive, kita harus berani berinovasi dan adaptasi produk. Ia melihat B2B sekarang ini banyak yang mengalami kesulitan bayar. Itu sebabnya, ia mulai fokus dengan B2G. “Jokowi sempat marah-marah karena serapan dana tidak maksimal. Pemerintah sebenarnya punya dana banyak untuk membantu menghidupkan perekonomian. Itu makanya kami fokus kejar project di pemerintahan,” kata Setiawan. Ia berharap teman-teman rental bisa memanfaatkan solusi yang ditawarkan PT. SVI seperti video wall, digital signage, video conference, dll. Salah satu produk unggulan yang ditawarkan PT. SVI adalah thermo scanner.
Thermo scanner merupakan alat deteksi suhu dan masker pada wajah yang bisa dihubungkan ke access control. Menurut Hendy Pramana, product specialist PT. SVI, alat ini tidak seperti thermo gun yang sering menyebabkan kerumunan orang. “Selain menyebabkan kerumunan, orang yang menggunakan thermo gun juga harus dekat dengan orang yang dicek. Nah, thermo scanner bisa ditempatkan di mana saja. Mereka hanya cukup menghadap ke layar, dan hasilnya akan langsung muncul sehingga tidak membuat orang berkerumun. Alat ini juga bisa diintegrasikan dengan access control sehingga apabila yang dicek tidak memenuhi kriteria, orang yang bersangkutan tidak akan diberikan akses masuk,” kata Hendy sembari demo produk.
Tinggalkan Balasan